Jumat, 10 Juni 2011

Puisi 2


Rendy Jean Satria

Mendengarkan Bunyi
                            

Aku bernapas, menenenggak cemas
seluruh pori-poriku mengalir

Setiap aku ingin mendengarkan bunyi
meraba airmata, muncul kepahitan yang lainnya
meski sebenarnya, ketulusan sawah masih
bisa kuhayati

Langit yang membungkuk ketika senja muncul
mengatur ritme lekuk langkahku
agar setiap bunyi menjadi bersambung
di atas tanah merah

Aku menikmati langkah ini sembari
mendengarkan bunyi kepakan sayap burung
desah daun, dan juga desahanmu. Tiba-tiba aku
tak inginkan sorga juga kitab suci

2011

pernah dimuat di harian Pikiran Rakyat
tanggal 3 April 2011

Puisi 1


Rendy Jean Satria

Tiba-tiba, Kuingat Tasik
                                    buat azn

Tasik yang jauh, kelokan-kelokan
warna senja yang sederhana, bukit-bukit
seperti jejak yang samar bagi seorang penyair
hujan tak turun hari ini di kotamu, juga anak-anak
malaikat yang bermain di sawah. Hanya ada pemburu
air wudhu. Hanya ada jejak waktu

Di balik awan, kuamini nubuat ini, perjalanan
yang berkelok, melawan angin dari timur,
menyaksikan gadis-gadis priangan
dengan tubuhnya yang prosais, wajahnya
yang menguning, cara berjalannya serupa
metafora-metafora yang tanggung

Tasik yang jauh, seratus talkin yang kutakbirkan
di sela adzan yang menyelinap lewat lubang angin
puisiku seperti deru.  Barangkali aku tetap menunggu
sebagai peniup kata-kata di kotamu, yang kadang
hadir bersama debu. Kadang juga menyamar
sebagai bayang-bayang

 2011

pernah dimuat di harian Pikiran Rakyat, 
tanggal 3 April 2011